Banyak kalangan masih mengingat nama Profesor Doktor Dokter Nila Djuwita Moeloek, SpM, dalam proses seleksi menteri Kabinet Indonesia Bersatu II.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menggelar seleksi dengan mengundang para calon menteri ke rumah pribadinya di Puri Cikeas Indah, Bogor. Pada 19 Oktober 2009, Nila Djuwita Moeloek termasuk salah satu yang datang. (Baca: Latar Belakang Menteri Jokowi dari Parpol dan Profesional)
Namun Nila belum beruntung saat itu. Presiden SBY membatalkan penunjukannya sebagai Menteri Kesehatan dengan alasan kesehatan. Akhirnya Endang Rahayu Sedyaningsih yang terpilih.
Nila sempat bertanya kepada tim dokter yang memeriksanya di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto. Nila dianggap tidak tahan dalam menghadapi tekanan. "Saya dikatakan kurang tahan stres. Saya sendiri agak kurang mengerti."
Nila juga sempat ramai diperbincangkan ketika menolak penghapusan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 yang tentang aturan poligami pegawai negeri. (Baca: Kabinet Kerja Diisi 8 Perempuan dan 26 Pria)
"Ini bukan soal takut dengan poligami. Tapi, bayangkan bila seorang pegawai negeri pria punya istri lagi, padahal gajinya tak seberapa. Wong, untuk satu istri saja hidupnya pas-pasan. Kalau dia berpoligami, apa mau menghidupi anak-istrinya dengan uang hasil korupsi?" kata Ketua Umum Dharma Wanita 2009-2014 tersebut.
Sekarang, dengan terpilihnya Nila menjadi Menteri Kesehatan, berarti ada satu lagi pasangan suami-istri yang sama-sama pernah menjadi menteri. Dokter Faried Anfasa Moeloek, suami Nila, adalah Menteri Kesehatan dalam Kabinet Reformasi Pembangunan yang menjabat dari 21 Mei 1999 sampai 23 Oktober 1999.
Sebelumnya, Presiden Soeharto menunjuk Profesor Doktor Syarifuddin Baharsjah sebagai Menteri Pertanian dalam Kabinet Pembangunan VI (17 Maret 1993-16 Maret 1998) serta istri Syarifuddin, Profesor Doktor Yustika Sjarifuddin Baharsjah, sebagai Menteri Sosial dalam Kabinet Pembangunan VII (16 Maret 1998-21 Mei 1998).
0 comments:
Post a Comment