October 9, 2014

Cara Menumbuhkan Karakter pada Anak

Mother and daughter huggingMother and daughter hugging

Menurut psikolog dari Klinik Psikologi AMG, Cawang, Mulia, pembentukan karakter anak dimulai dari lingkungan keluarga. Sebab anak akan mengikuti segala hal yang didengar, dirasakan, serta dilihat dari orang sekitar. “Ketika anak melihat perlakuan yang tidak baik, ia akan mempunyai sikap yang tidak baik pula,” kata Mulia, kepada Plasadana.com untuk Yahoo Indonesia, Kamis, 18 September 2014. “Misalnya anak sering menyaksikan pertengkaran orang tua.”

Proses penumbuhan karakter, Mulia melanjutkan, sudah mulai kala si anak masih di dalam kandungan. Yakni dengan mengajak berbincang si calon anak.  Sampai  lahir, orang tua harus tetap mengajarkan hal positif. Sebab kala lahir, bayi harus merasakan nyaman di lingkungan keluarga. Dan ketika ibu cenderung mengabaikan, anak pun akan merasa tidak disayang. "Meski belum bisa berbicara, setiap bayi pun memiliki perasaan," ujar Mulia.

Orang tua harus pula memberikan contoh yang baik pada anak. Misalnya mengucapkan terima kasih ketika anak membantu atau memberikan sesuatu. “Karena ketika anak sudah tahu melakukan sesuatu yang baik, dia akan berpikir bertindak yang baik pula,” ujarnya. “Anak akan memahami kenapa melakukan hal baik, hingga karakternya akan terbentuk dengan baik.”

Waktu anak melakukan kebaikan, orang tua harus memuji atau memberikan hadiah. Namun jika sang buah hati melakukan kesalahan, misalnya berbohong, orang tua bisa memberikan hukuman. Tapi tidak berupa kekerasan.
Orang tua juga bisa mengajak anak membuat kontrak pola asuh. Misalnya jika si anak melakukan kesalahan, tidak akan mendapatkan pujian atau hadiah. Sistem ini sendiri bisa mulai diterapkan pada saat buah hati berumur satu tahun. Karena di usia satu hingga tiga tahun, anak tengah berada pada masa ekplorasi, seperti menelaah lingkungan.
Pada masa ini pula  orang tua berkesempatan untuk memberitahukan anak akan akibat dari kesalahannya. “Misalnya tidak boleh memanjat, nanti jatuh,” kata dia.

Anak pun tidak bisa dilarang begitu saja. Harus ada alasan yang masuk akal si anak. Jika tanpa alasan, bisa berdampak yang buruk bagi pembentukan karakter anak. Sebab ia tidak akan mengerti akan kesalahan yang telah dilakukan. “Anak tidak tahu bahwa orang tua melarangnya,” ujar dia. “Dan dia tidak akan tahu mana yang baik dan tidak.”

Agar anak memahami nilai-nilai sosial, orang tua harus menanamkan pola ini secara baik dan konsisten. Kalau perlu memberikan sebuan konsekuensi. Misalnya disiplin dan meminta maaf kala melakukan kesalahan. Bila tidak, anak akan gagal menyerap nila sosial itu.

0 comments:

Post a Comment